Kamis, 24 Maret 2011

Guru Profesional


MENJADI GURU PROFESIONAL?
JANGAN ENGGAN MELAKUKAN PENELITIAN


Nurul Afifah, S.Pd*)


            Menjadi guru professional adalah cita–cita setiap guru. Bagaimana menjadi guru professional ?, dan untuk apa menjadi guru professional ?Tentunya kita tahu, guru profesional tidaklah sekedar harga yang harus dibayar dengan uang, tetapi dalam makna di balik keprofesionalan seorang guru, nantinya seorang guru harus mempertanggungjawabkan kepada Tuhan apa yang telah diajarkan kepada anak-anak didiknya
            Di era globalisasi sekarang ini, profesionalitas sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, Karena tuntutan zaman yang semakin berkembang, dan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang dapat berhasilguna. Oleh karena itu guru harus menguasai empat kompetensi yang telah di tetapkan
            Rahasia untuk menjadi guru guru profesional adalah terus tumbuh dan belajar. Menurut Mochtar Buchori dalam Derap Guru, definisi profesional harus dirubah karena cepatnya perubahan yang terjadi di sekolah dan di dunia pendidikan , profesional yang tadinya penguasan materi pembelajaran dan kepiawaian dalam metode pembelajaran  berubah menjadi “kecintaan belajar“ (love for learning) dan “kegemaran berbagi pengetahuan“ (love for sharing knowledge and ignorance). Guru yang berkeinginan untuk tumbuh dan terus belajar  bagaimana menjadi guru yang baik dapat belajar dari pengalaman nya sendiri maupun dari berbagai media. Seorang professor Inggris mengatakan      “Belajar dari guru yang rajin membaca, rasanya seperti minum air segar. Namun belajar dari guru yang malas membaca, seperti minum air comberan.
            Jadi guru professional adalah guru yang meramu kualitas dan integritasnya. Mereka tidak hanya memberikan pembelajaran bagi peserta didiknya, tapi mereka juga harus menambah pembelajaran bagi mereka sendiri, karena jaman terus berubah. Ia harus terus meningkatkan kemampuan serta ketrampilannya dalam berbagai bidang. Peningkatan kwalitas ini tidak hanya dapat melalui ruang formal saja,  tapi juga bisa melaluipelatian–pelatihan dan peningkatan kwalitas guru. Diantaranya adalah melakukan penelitian.
            Melalui penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research) guru dapat terus menerus memperbaiki pembelajaran yang dilaksanakannya di kelas, beranjak dari kondisi pembelajaran riil mereka sendiri. Guru dapat memperbaiki kelemahan–kelemahan yang memang dianggap penting untuk diperbaiki dan diawali dengan kesadaran diri bahwa kelemahan–kelemahan itu bersifat urgen.
            Penelitian tindakan kelas menyediakan suatu metode pengembangan profesi yang bersifat sistimatis. Saat melaksanakan penelitian tindakan kelas, guru akan mencoba menjawab pertanyaan –pertanyaan dirinya sendiri tentang metode apa yang dipakai untuk memperbaiki ini, strategi apa yang harus dilakukan, ketrampilan mengajar apa yang harus dilakukan, tehnik penilaian yang bagaimana yang paling tepat untuk mengatasi persoalan. Guru berkesempatan melakukan inkuiri atas pembelajaran di kelasnya. Merancang pembelajaran yang lebih baik, mengumpulkan data, menganalisis, dan merefleksinya sebagai bahan untuk tindakan selanjutnya.
            Namun saat ini sebagian besar guru merasa masih belum mampu melakukan penelitian tindakan kelas. Ketidakmampuan mereka itu lebih disebabkan oleh ketidakmampuan dan ketidak percayaan akan diri sendiri untuk mencoba, padahal penelitian tindakan kelas bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
            Penyebab utama mengapa guru masih belum mampu melakukan penelitian, menurut Wijaya kusuma  ada 5 hal yaitu :
            Pertama guru kurang memahami profesi. Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia, dan banyak guru tidak menyadari hal itu.Tugas guru tidak mampu mentransfer ilmu dengan baik, Tapi mereka juga harus terus meningkatkan kwalitasnya, guru harus bisa jadi tauladan yang tidak hanya sebatas uucapan ,tapi juga tindakan.
            Kedua, guru malas membaca buku dan malas menulis. Masih banyak guru yang malas membaca, padahal dari membaca itulah akan terbuka wawasan luas. Guru yang rajin membaca, otak nya ibarat mesin pencari google di internet. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis. Dari membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri.  Rendahnya minat guru dalam membaca tentu berpengaruh pada minat mereka dalam menulis dan melakukan penelitian. Sudah tidak bisa dipunglkiri lagi bahwamembaca dan menulis merupakan modal dasar guru dalam melakukan suatu penelitian .
            Ketiga, guru kurang sensitive terhadap waktu dan terjebak rutinitas. Guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik ,tidak akan banyak meraih prestasi dalam hidupnya.Dia akan terbunuh oleh waktu yang disia-siakan .sSemua itu disebabkan beban mengajar guru yang cukup besar ,dan tuntutan administrasi pembelajaran yang cukup banyak. Seperti RPP, silabus ,menganalisis, menyusun perbaikan, pengayaan, mengoreksi. Mana ada waktu lagi untuk menulis.
            Keempat ,kurang memahami PTK
Banyak guru kurang memahami penelitian tindakan kelas atau PTK. Guru menganggap PTK itu sulit. Padahal, PTK itu tidak sesulit yang dibayangkan. Karena PTK dilakukan dari keseharian mereka mengajar .
            Kelima, guru kurang dapat mengembangkan sifat kreatif, inovatif, dan berfikir kritis. Hal ini terkat dengan lingkungan kerja yang kurang mendukung. Kebanyakan dari mereka merasa sulit menemukan masalah untuk diteliti.
            Nah, untuk jadi guru professional? ayo….. buat penelitian. Selamat mencoba.

Nurul Afifah, S.Pd
Guru SD Negeri5 Sekuro
DCT PROGRAM BERMUTU KAB. JEPARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar