Kamis, 24 Maret 2011

Laporan PTK


PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI EXPERIENTAL
LEARNING MODEL PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS V SEMESTER II DI SDN JINGGOTAN KEC. KEMBANG
KAB. JEPARA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh:
YATENA, S.Pd.,M.M

PENDAHULUAN

         Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah guru memiliki peran yang amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah sepenuhnya berada dalam tanggung jawab guru.
Peningkatan kualitas pembelajaran dari segi guru  telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan peningkatan kompetensi guru antara lain melalui penyetaraan, pelatihan, penataran, seminar, lokakarya, workshop, atau kegiatan lain yang sejenis. Dengan berbagai kegiatan tersebut diharapkan guru dapat menerapkan hasil yang peroleh selama pelatihan dalam melaksanakan tugas keprofesional / pembelajaran di kelasnya.
Namun kenyataan di lapangan tempat penulis melaksanakan tugas sehari-hari menunjukkan masih rendahnya hasil belajar dan tingkat penguasaan materi yang diterima oleh peserta didik. Berbagai kegiatan yang kontra produktif untuk peningkatan kualitas pembelajaran masih sering dilakukan oleh sebagian besar guru dalam proses pembelajaran. Khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam keaktifan belajar siswa rendah sehingga rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik masih di bawah ketuntasan belajar minimal yang ditentukan yaitu           sebesar 75 %.
Dari hasil pengamatan penulis rendahnya keaktifan belajar dan hasil belajar  ini berkait erat dengan  pengorganisasian kegiatan pembelajaran yang monoton, bersifat verbalis dengan metode ceramah, dan kurang merangsang kreativitas anak dengan melakukan kegiatan yang menantang. Hal ini sangat bertolak dengan pendapat Soeprapto (2002:4) bahwa dalam pengelolaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran IPA antara lain adalah menggunakan benda asli maupun peraga yang memadai dan menarik.               
Senada dengan pendapat tersebut, salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menurut Sutardi (2003:1) adalah dengan penggunaan alat peraga. Penggunaan alat peraga/alat bantu akan memungkinkan  anak memperoleh pengalaman yang seluas-luasnya untuk memperlakukan lingkungan alam sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya.
Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik mengadakan perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan keaktifan belajar  dengan melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa melalui Experiential Learning Model Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V Semester II di SD Negeri Jinggotan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
a.    Bagaimana realisasi pembelajaran menggunakan Experiential Learning Model diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa ?
b.    Sejauh mana pembelajaran menggunakan Experiential Learning Model dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa ?

LANDASAN TEORETIS
Experiential Learning Model atau model belajar melalui pengalaman adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlakukan lingkungan mereka dengan keterampilan-keterampilan berfikir yang tidak hanya berhubungan dengan suatu bidang studi tertentu. (Tim LPMP 2007:4).
Experiential Learning Model merupakan sebuah model pembelajaran melalui serangkaian pemberian pengalaman langsung oleh guru kepada para siswa. Pengalaman langsung yang diperoleh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran ini dilakukan dengan menyediakan benda-benda atau bahan konkrit untuk digunakan, ditelaah dan diteliti, sehingga akan membantu anak mempermudah mengkonstruksi kemampuan kognitifnya.
Experiential Learning Model adalah merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlakukan lingkungan sesuai dengan ketrampilan berfikir mereka. Oleh karena itu peran guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran sangat  menentukan keberhasilannya.
Berdasarkan uraian di atas agar pembelajaran dengan menerapkan  Experiential Learning Model atau model belajar melalui pengalaman dapat dilaksanakan dengan efektif maka guru harus mempersiapkan dengan cermat. Perancangan pembelajaran harus dilakukan berdasarkan tahapan tertentu. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan guru adalah ;
a.    Menyediakan benda-benda atau bahan-bahan konkrit untuk digunakan, ditelaah dan diteliti oleh siswa.
b.    Menyediakan serangkaian kegiatan yang cukup luas sehingga menjamin pemenuhan minat siswa dan menumbuhkan rasa keterlibatan mereka dalam pembelajaran.
c.    Mengatur kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berbeda tingkat perkembangan kognitifnya akan belajar satu sama lain.
d.   Mengembangkan teknik-teknik bertanya untuk mengungkapkan alasan-alasan siswa yang mendasari respon mereka.
e.    Menciptakan lingkungan kelas yang dapat meningkatkan perkembangan proses-proses kognitif.

Kerangka Berfikir
Aktivitas belajar siswa merupakan perilaku para siswa yang dapat dilatihkan, dibentuk dan dikondisikan oleh guru di kelas. Hal ini terjadi manakala guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran mampu menciptakan situasi yang mendorong siswa terlibat aktif, baik aktivitas kognitif  maupun aktivitas psikomotorik dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Menurut Silberman dalam Siti Muawanah (2009:218) makin banyak keaktifan belajar yang dilakukan oleh siswa makin banyak pengetahuan dan keterampilan yang akan diperoleh. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa berpengaruh terhadap nilai hasil belajarnya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang berkualitas berkaitan erat dengan keaktifan belajar siswa, yang berdampak pada penguasaan materi dan prestasi belajar siswa yaitu rendahnya kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, sebagai akibat  kurangnya aktivitas  belajar.
Experiential Learning Model merupakan model pembelajaran yang sangat kondusif untuk melatihkan keterampilan para siswa. Hal ini disebabkan melalui model pembelajaran ini para siswa dirangsang untuk mengeksplorasi  dan memberikan pendapat terhadap materi yang disajikan.

Hipotesis Tindakan
Dengan berlandaskan kajian teori dan kerangka berfikir yang diuraikan di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut  : penggunaan model pembelajaran Experiential Learning Model mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pokok pesawat sedehana.


METODE PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Jinggotan yang berjumlah 20 orang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
Penelitian tindakan dilakukan dalam tiga kegiatan pembelajaran/siklus. Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2010, pembelajaran siklus II tanggal 8 Februari 2010 dan pembelajaran siklus III dilaksanakan pada tanggal  15 Februari 2010.
Dalam penelitian tindakan  kelas ini terdapat dua variabel. Variabel-tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Variabel 1 : umpan balik dari hasil evaluasi proses pembelajaran dengan menerapkan Experiential Learning Model.
2.    Variabel 2 : hasil belajar dan prestasi belajar siswa setelah pembelajaran dengan menerapkan Experiential Learning Model.
Keberhasilan penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator hasil atau nilai post tes sebagai tolok ukurnya. Yaitu pencapaian nilai rata-rata hasil dari post tes minimal 75 dengan ketuntasan belajar klasikal 80 %.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Berdasarkan hasil tes formatif yang dilaksanakan pada pembelajaran siklus I rata-rata nilai siswa 73.75 dengan ketuntasan belajar klasikal hanya 65.00 %. Dengan demikian berdasarkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada pembelajaran siklus I ini perlu dilakukan perbaikan agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Siklus 2
Berdasarkan hasil post tes yang dilaksanakan pada pembelajaran siklus II rata-rata nilai siswa 80.5 dengan ketuntasan belajar klasikal hanya 80.00%. Dengan demikian pada pembelajaran siklus II ini prestasi belajar siswa dapat meningkat

Siklus 3
Pembelajaran siklus III rata-rata nilai siswa 8.08 dengan ketuntasan belajar klasikal hanya 90.00%.
Analisis data  pembelajaran dengan penerapan Experiential Learning Model dalam pembelajaran diperoleh data sebagai berikut :
a. Kinerja guru yang diamati menggunakan lembar observasi terdapat peningkatan. Peningkatan skor rata-rata tentang kinerja guru  pembelajaran siklus I sebesar 3,22 pembelajaran siklus II menjadi 4,11 dan pada siklus III mencapai 4,44.

Diagram 1. Perbandingan Rerata Hasil Observasi Kinerja Guru
b. Kinerja siswa selama pembelajaran  yang diamati dengan lembar observasi mengalami peningkatan sebagai berikut, pada pembelajaran siklus I sebesar 2,88, pembelajaran siklus II meningkat menjadi 4,33 dan siklus III mencapai 4,55.
Diagram 2. Perbandingan Rerata Hasil Observasi Kinerja Siswa
c. Penerapan  Experiential Learning Model dalam pembelajaran memiliki korelasi antara keaktifan belajar siswa, penguasaan materi, dan hasil belajar berdasarkan hasil tes formatif diperoleh data sebagai berikut : rata-rata nilai pembelajaran siklus I sebesar 73,75, prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 65,00 %. Sedangkan rata-rata nilai pembelajaran siklus II sebesar 80,50 dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 80,00 %, dan pada pembelajaran siklus III nilai rata-rata sebesar 82,25 dan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,00 %.
Diagram 3. Perbandingan Rerata Hasil Tes Formatif
Diagram 4. Perbandingan Rerata Ketuntasan
Berdasarkan hasil dari pembelajaran siklus I, Pembelajaran siklus II dan siklus III yang telah di paparkan di atas, ternyata dengan pembelajaran Experiential Learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja, namun juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata. Selanjutnya, penerapan model ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian dalam Penelitian Tindakan Kelas yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
a.    Pembelajaran dengan Experiential  Learning Model dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan aktivitas belajar siswa dan berdampak pada meningkatnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa .
b.    Pembelajaran dengan Experiential Learning Model dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan keaktifan belajar siswa pada sub materi pokok pesawat sederhana yang ditandai proses pembelajaran yang meningkatkan semangat peserta didik karena pembelajar aktif karena terciptanya suasana belajar yang kondusif   dan bersandar pada penemuan individu, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar karena pembelajaran dinamis dan terbuka, serta mendorong serta mengembangkan berfikir kreatif karena peserta didik partisipatif untuk menemukan sesuatu.
c.    Analisis hasil tes formatif  pembelajaran dengan  Experiential Learning Model menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan belajar siswa, penguasaan materi, dan hasil belajar yang ditandai dengan makin meningkatnya prosentase ketuntasan belajar.

Saran

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
1.    Karena penelitian menggunakan Experiential Learning Model ini hanya pada kelas V mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pokok pesawat sederhana maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada kelas dan materi yang berbeda dengan observer yang lebih banyak.
2.    Experiential Learning Model direkomendasikan kepada teman sejawat/guru-guru yang lain untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA
Muawanah, Siti, 2009. “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Memahami Kegiatan Perilaku Ekonomi Di Masyarakat Dengan Model Presentasi Power Point”. Laporan PTK. Semarang, Unnes
Rustono, 2010. Penulisan Artikel Hasil Penelitian Tindakan Kelas, Makalah Workshop KTI 2010 di LPMP Jateng pada 14 Mei 2010                         
Sutardi, 2003. Teknik Pemanfaatan Alat Peraga dalam IPA. Makalah Diklat TOT Pemandu IPA  di Badan Diklat  Prov. Jawa Tengah 2003
Tim LPMP. 2007. Model-Model Pembelajaran IPA, makalah  Diklat TOT Guru Pemandu IPA di LPMP Jawa Tengah 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar